Minggu, 03 Juli 2011

Luarbiasa! Rekor Sejarah RI Rebut 15 Emas Olimpiade Tunagrahita

Athena - Satu kata: heroik! Dengan segala keterbatasan, perjuangan atlet tunagrahita Indonesia sukses merebut medali 15 emas, 13 perak, 11 perunggu di Olimpiade Tunagrahita, Athena. Sebuah rekor dalam sejarah.

Bersaing dengan 7500 atlet terbaik tunagrahita dari 184 negara di dunia, putera-puteri tunagrahita Indonesia patut menjadi contoh dan pemicu semangat bagi atlet normal.

Mereka secara heroik menaklukkan lawan-lawannya dan hingga berita ini disusun berhasil merebut medali 15 emas, 13 perak, dan 11 perunggu.

Hasil ini merupakan rekor dalam sejarah partisipasi para atlet tunagrahita Indonesia di Olimpiade Tunagrahita. Sebelumnya dalam Olimpiade Tunagrahita XII di Shanghai putera-puteri tunagrahita mempersembahkan 9 emas, 9 perak, 4 perunggu.

"Prestasi mereka sungguh membanggakan, membuat merah putih berkibar dan Indonesia Raya berkumandang di antara bangsa-bangsa sedunia. Dengan kekurangan yang mereka miliki, mereka sanggup mengharumkan nama bangsa," ujar Dubes RI di Athena Ahmad Rusdi kepada detikcom, Minggu (3/7/2011).

Dubes langsung mengontak ke Jakarta untuk melaporkan hasil yang telah diraih oleh putera-puteri tunagrahita Indonesia di arena olimpiade Athena.

"Saya langsung menelpon Menpora, Mensesneg dan Ajudan Presiden, memohon perkenan Bapak Presiden dan Ibu Negara untuk menerima wakil-wakil bangsa yang telah berjuang dalam olahraga di arena Olimpiade Tunagrahita Athena ini," demikian Dubes, yang sejak awal meluangkan waktu untuk menyemangati para atlet di arena pertandingan.

Berikut ini daftar rincian perolehan sementara Indonesia hingga berita ini disusun:

15 Medali Emas

Jumlah medali emas sebanyak ini sebanyak 3 buah dipersembahkan masing-masing oleh Stephanie Handoyo, Fitriani dan Christian Sitompul dari cabang olahraga renang.

Sebanyak 6 medali emas hasil perjuangan Ati Hasyim, Komarudin, Alex/Noni, Komarudin/Ati dari cabang bulutangkis tunggal putera, tunggal puteri dan ganda campuran.

Dari cabang tenis meja tunggal puteri dan ganda campuran, Desi Pradita, Marwan/Desi Pradita dan Mimin Aminah/Donald berhasil merebut 3 medali emas untuk mengumandangakan Indonesia Raya dan mengibarkan merah putih di antara bangsa-bangsa.

Tiga medali emas lainnya datang dari cabang olahraga bocce, hasil jerih payah Fadillah Sobri (Divisi M11), Rico (dIVISI m18), dan Vivi Indriyani/Ika Solehati (Divisi F03).

13 Medali Perak

Perolehan medali perak sebanyak 2 buah berasal dari cabang atletik lari 200 meter putera oleh Agus Adi Wiranata dan Mahmudi. Selanjutnya lari 400 meter putera oleh Lailatul Kadar, lari 200 meter oleh Silvia Latuputty (Divisi F08) dan estafet 4x100 meter (Agus Adi Winata, Lailatul Kadar, Mahmudi, dan Silvia Latuputty).

Dari cabang renang, Daniel Nugroho menyumbangkan perak di lintasan 50 meter dan 100 meter. Sedangkan Fitriani menambah perak dari lintasan 50 meter. Tambahan satu medali perak dari Alex Wiranata dari bulutangkis.

Medali perak berikutnya dari cabang bocce (Vivi Indriyani), bola basket (tim), tenis meja tunggal putera (Ronald Pasendra) dan tenis meja tunggal puteri (Mimin Aminah).

11 Perunggu

Sementara itu perolehan medali perunggu dari cabang atletik lari 100 meter (Prisma Septian Anisya), lari 100m (Agus Adi Winata), lompat jauh (Silvia Latuputty), dan lari estafet 4x100 meter.

Selanjutnya dari bulutangkis (Noni Marlena), tenis meja tunggal putera (Marwan), tenis meja ganda putera (Marwan/Ronald), tenis meja ganda puteri (Mimin Aminah/Desi Pradita).

Kemudian dari cabang olahraga bocce medali perunggu disumbangkan berturut-turut oleh Ika Solehati, Vivi Indriyani, dan pasangan Rico/Fadillah Sobri.

Sabtu, 02 Juli 2011

The New AdSense Interface: The Tour

Senin, 27 Juni 2011

Biji Asam Bisa Pulihkan Syaraf yang Rusak

Peneliti menemukan biomaterial pada biji asam. Bisa membantu pertumbuhan syaraf rusak.
Asam Jawa (medindia.net)
VIVAnews – Para peneliti dari Monash University, Australia menemukan sebuah biomaterial baru pada biji asam yang bisa menumbuhkan kembali syaraf yang rusak pada otak dan tulang belakang. Ke depan, penemuan ini diharapkan dapat merevolusi pengobatan syaraf yang yang rusak akibat cidera dan penyakit, seperti parkinson.

Andrew Rodda, ilmuan yang tergabung dalam Monash Material Engineering meneliti xyloglucan, senyawa yang berasal dari tanaman asam. Dalam tanaman, xyloglucan berperan penting untuk menghubungkan sel yang satu dengan lainnya. Sementara itu, Andrew Rodda, telah mengkaji khasiat biomaterial ini pada hewan yang menderita kerusakan sel syaraf.

Senyawa yang diteliti Rodda ini dapat disuntikkan dalam bentuk cairan ke bagian tubuh yang terluka. Secara perlahan, senyawa itu berubah menjadi gel ketika suhunya sama dengan suhu badan. Setelah mencapai sasaran, gel ini bertindak sebagai struktur pendukung melalui sel-sel sehat yang dapat bermigrasi serta bisa melekat ke sistem saraf.

Rodda mengatakan, selama ini terdapat kekurangan dalam proses penyembuhan syaraf yang rusak. Menurut dia, dalam metode penyembuhan selama ini, syaraf tidak bisa tumbuh kembali karena racun yang ditinggalkan bekas syaraf yang mati.

"Sel saraf itu sensitif, dan hanya akan tumbuh di lingkungan yang paling mendukung," kata Rodda sebagaimana dilansir medindia.net.

"Setelah cidera, sel-sel baru biasanya tidak dapat menembus ke dalam ruang kosong setelah kematian massal sel. Rumpun sel di pinggirnya, membentuk penghalang yang tidak bisa ditembus. Ini meninggalkan pusat luka, yang mengandung bahan kimia yang dapat membunuh saraf yang akan tumbuh."

Menurut Rodda, senyawa ini bekerja dengan menyediakan tangga-tangga sementara, di mana sel-sel baru dapat tumbuh dan menembus bekas luka.

Secara signifikan, sel penolong yang disebut astrocit akan bergerak menuju gel yang disuntikkan. Sel-sel ini kemudian mensekresikan bahan kimia bermanfaat, yang mungkin membantu menciptakan lingkungan di mana sel-sel saraf yang halus bisa bertahan.

Studi yang dilakukan Rodda ini merupakan bagian dari upaya untuk mendorong regenerasi syaraf di otak dan sumsum tulang belakang. Ini didasarkan pada pekerjaan sebelumnya di Monash University untuk memahami dan mengontrol pertumbuhan saraf menggunakan biomaterial.